Songkok dan lebai itu asal sekapal
Darjat mereka tidak pernah berubah
Berdiri sama tinggi duduk sama rendah
Tetapi mereka berbalah tidak sudah-sudah
Berungkap nasihat menyengat
Berungkap nasihat menyengat
Songkok selalu mengingatkan “Jangan lembik seperti lebai, Tetapi keras macam songkok.”
Penuh yakin lebai menjawab :
“Biar lembik asalkan putih. Biar buruk asalkan bersih. Jangan keras apa lagi hitam. Sudahlah hitam suci diragukan. Biar tak cantik, tapi bersih.”
“Biar lembik asalkan putih. Biar buruk asalkan bersih. Jangan keras apa lagi hitam. Sudahlah hitam suci diragukan. Biar tak cantik, tapi bersih.”
Sindir songkok pula :
“Jangan hidup macam lebai, Sesuai untuk dilipat bersandal getah. Sudahlah selekeh nilai amat rendah.”
“Jangan hidup macam lebai, Sesuai untuk dilipat bersandal getah. Sudahlah selekeh nilai amat rendah.”
Lebai merendah menjawab tajam:
“Sehina-hinaku pernah juga mandi menjamin kekal bersih dan suci, untuk dijunjung mukmin sejati. Semulia-muliamu sepanjang hidup Tidak pernah mandi walaupun sekali, kalau ada itu gila punya kepala.”
Tambah lebai lagi :
“Hitam songkok sehitam tahi cicak, hanya umpama hitam sang gagak, walau dimandi air mas sekalipun, mustahil hitammu bertukar putih. Putihku disabun dibilas-bilas, bertambah lagi berseri putih bersih.”
Dengan lembut songkok mengakui :
“Walaupun tidak pernah mandi, Aku sering ditayammun si berus, supaya kelihatan kemas terurus. selainnya aku senantiasa dijaga daripada ditempiasi sang hujan menjamin selalu keras dan kering walaupun terpaksa menyemak dinding.”
“Walaupun tidak pernah mandi, Aku sering ditayammun si berus, supaya kelihatan kemas terurus. selainnya aku senantiasa dijaga daripada ditempiasi sang hujan menjamin selalu keras dan kering walaupun terpaksa menyemak dinding.”
Lebai tersenyum menelan alasan
kemudian meminta fatwa bagaimana amalan tayammun ala songkok ketika hujan mencurah-curah?
kemudian meminta fatwa bagaimana amalan tayammun ala songkok ketika hujan mencurah-curah?
No comments:
Post a Comment